14 Juni 2022

TEKNOLOGI FEROSEMEN UNTUK JARINGAN IRIGASI TERSIER

BPIW Fokuskan Program pada 3 Kawasan Prioritas. Upaya Percepatan Realisasi  Metropolitan Mataram Raya - PDF Download Gratis
docplayer.info

Secara umum kerusakan yang terjadi pada saluran irigasi primer dan sekunder hampir disetiap daerah irigasi di Indonesia mencapai kerusakan rata-rata 30% sedangkan pada jaringan tersier kerusakan mencapai hingga 60%. Adapun penyebab kerusakan tersebut karena longsoran tebing dan penumpukan sedimen. Kondisi jaringan tersier tersebut akan semakin rusak karena kemampuan finansial petani sangat lemah untuk mendukung operasi dan pemeliharaan, khususnya pada jaringan irigasi tersier, yang berakibat pada kerusakan jaringan, tidak meratanya debit distribusi air, penurunan efesiensi pelayanan air serta fungsi saluran tersier. 

Sehingga dalam mengatasi berbagai permasalahan yang terjadi, Balitbang PUPR pun menghadirkan teknologi Ferosemen Jaringan Irigasi yang mana teknologi ini berfungsi untuk mendukung penyediaan suplai air irigasi. 

PENGERTIAN TEKNOLOGI FEROSEMEN

Teknologi Ferosemen adalah teknologi konstruksi yang mudah diterapkan, hasilnya kuat, lentur, tahan lama, dan lebih ekonomis, serta mudah diadaptasi ke dalam prinsip fisik, mekanik maupun teori hidraulika. Teknologi Ferosemen merupakan tipe dinding beton bertulang, tipis dengan ketebalan hanya 3 cm, yang dibuat dari mortar semen hidrolis, dengan perbandingan campuran 1 semen berbanding 2 sampai 3 pasir yang diberi tulangan 6 milimeter dengan lapisan kawat anyam berukuran 1 milimeter, terus-menerus dan rapat. 

Berbeda dari beton bertulang biasa dalam penulangan yang terdiri dari tulangan yang rapat, beberapa lapis kawat jala atau kawat anyam yang diisi dan diselimuti dengan semen mortar kurang dari 1,5 centimeter, bahan ini dapat dibentuk sebagai bidang yang tipis dengan ketebalan antara 3 sampai 6 centimeter. Sementara ketebalan beton konvensional diatas 8 centimeter yang dibentuk dengan cetakan, sedangkan ferosemen bisa tanpa cetakan. 

KEUNGGULAN TEKNOLOGI FEROSEMEN

Adapun Keunggulan teknologi Ferosemen adalah sebagai berikut: 

  1. Mudah diaplikasikan; 
  2. Kuat, lentur, dan tahan lama dibandingkan dengan teknologi beton biasa yang lebih tebal dan dibentuk dengan cetakan; 
  3. Lebih ekonomis dibandingkan dengan teknologi konvensional; 
  4. Mudah diadaptasikan ke dalam prinsip fisik, mekanik, maupun hidrolik; 
  5. Penggunaan material lokal dan dapat dibuat insitu atau di tempat lain untuk selanjutnya dirangkai di lapangan; 
  6. Lebih efektif dan efisien dengan metode yang cukup sederhana;
  7.  Dapat diadaptasi di berbagai lokasi; 
  8.  Mampu dioperasikan oleh petani.
Untuk mendukung pemanfatan teknologi beton ferosemen dalam upaya peningkatan kinerja jaringan irigasi tersier, Balitbang PUPR melalui Puslitbang Kebijakan dan Penerapan Teknologi telah menerapkan di Kelurahan Sidomoyo, Kecamatan Godean, Kabupaten Sleman. Lokasi tersebut dipilih sebagai lokasi penerapan karena merepresentasikan adanya masalah kebocoran, sedimentasi dan longsoran saluran irigasi tersier yang umumnya terjadi pada persawahan Indonesia

Teknologi Ferosemen sangat mudah direplikasi oleh warga atau petani. 

PENGAPLIKASIAN TEKNOLOGI FEROSEMEN

Pengaplikasian ferosemen secara umum dimanfaatkan untuk mengatasi masalah kerusakan yang terjadi pada saluran irigasi premier maupun sekunder. Akibat kerusakan tersebut dapat terjadi karena akibat longsoran tebing dan menumpuk sedimen.

Keadaan jaringan tersier tersebut makin rusak lantaran kurangnya pemeliharaan jaringan irigasi tersier yang memicu rusaknya jaringan.

Pemakaian ferosemen sesungguhnya sudah ada sejak abad ke 18. Namun, pemakaian ferosemen dianggap kurang populer lantaran saat itu teknologi untuk menghasilkan bahan campuran ferosemen masih belum berkembang baik.

PROSES PEMBUATAN TEKNOLOGI FEROSEMEN 

Proses pembuatan ferosemen dilakukan dengan memperhatikan beberapa hal, seperti yang berikut ini :

  1. Mortar: merupakan campuran dari semen hidrolik yang harus ditentukan menurut standar prosedur mix design yang digunakan dalam pembuatan beton maupun mortar. Umumnya, pembuatan mortar terdiri dari semen portland, air, agregat halus dan admixture.
  2. Agregat: Agregat merupakan butiran bahan mineral yang dihasilkan dari campuran disintegrasi batu maupun batu pecah yang didapatkan dari pemecahan batu. Jenis bahan agregat ini dapat terbagi menjadi dua jenis yakni, agregat kasar dan agregat halus.
  3. Air: Pemakaian air dalam proses pembuatan ferosemen juga penting sebagai bahan dasar dengan harga paling murah. Air dapat dimanfaatkan sebagai bahan pelumas. Dengan adanya air, maka pemadatan butir-butir agregat bisa menjadi lebih mudah.
  4. Semen: Semen juga diperlukan dalam membuat ferosemen sebagai bahan pengikat hidrolis yang dipakai untuk pengikatan bahan-bahan menjadi kesatuan yang kuat. Bahan hidrolis ialah bahan yang akan mengeras jika dilakukan pencampuran memakai air maupun udara bebas yang tidak di daur ulang.


sumber : 

1. http://elearning.litbang.pu.go.id/teknologi/beton-ferosemen

Previous Post
Next Post

Mahasiswa Teknik Sipil, Universitas Batanghari

0 Post a Comment: